Artikel copas dari blog mbah edo,, gmana kalau agan dalam kondisi seperti dialog dbawah ini:
HUJAN belum reda. Kilat saling menyambar di langit. Guntur
menggelegar.
Derasnya hujan membuat permukaan aspal jalan bertambah licin. Saya
duduk bersimpuh, berteduh.
Pilihan logis untuk berteduh. Tahun 2011, hujan menyumbang 4.020
kasus atau setara 68,91% faktor alam. Setiap hari ada 11 kasus
kecelakaan lalu lintas jalan akibat hujan.
Di bagian lain emperan toko ada beberapa pesepeda motor yang juga
menghindari guyuran hujan sore itu. Mereka terdiri atas tiga keluarga.
Satu motor dihuni empat orang, dua dewasa dan dua anak-anak. Ada juga
pemotor lain, setidaknya ada lima orang.
“Adik sini, jangan hujan-hujanan,” seloroh Nyrma, seorang ibu muda
kepada anak perempuan balita-nya yang berlarian kesana kemari.
Sang bocah yang sedang sumringah bercanda dengan air hujan, mendekat
kepada sang ibu. Memeluk. Berharap kehangatan kasih ibu.
Kakak sang bocah yang tampak tak lebih dari usia lima tahun, duduk
dalam dekapan sang bapak, Wirthoe. Keduanya menatap curahan hujan.
“Coba tadi bawa jas hujan, kita gak kebasahhan,” sergah Nyrma kepada
Wirthoe, suaminya yang sedang mendekap si sulung.
“Ya, tadikan gak hujan. Terang benderang,” kata dia sambil mengelus
kepala sang bocah pria.
Perbincangan mereka cukup jelas sekalipun hujan kian deras. Sebagian
baju mereka basah kena air hujan.
“Benar juga kata mamah tadi, mending kita naik taksi,” lanjut sang
isteri.
Tampaknya, mamah yang dimaksud adalah orang tua sang ibu muda.
“Ya, tapi kan sekarang tanggal tua, duit kita cekak,” jawab sang
suami dengan wajah memerah.
“Paling gak, kita angkot lah,” seru wanita itu sambil mengeluarkan
sapu tangan, mengeringkan sisa air hujan di kening bocah kecilnya.
“Naik angkot ribet. Kita mesti naik turun, gonta-ganti tiga kali,”
jawab Wirthoe.
Hujan agak sedikit reda. Pemotor lain yang membawa dua anak dan
seorang wanita dewasa, coba melanjutkan perjalanan. Jas hujan model
ponco dikeluarkan. Satu jas, untuk menutupi empat orang.
Sementara itu, keluarga yang tadi asyik berbincang, masih sabar
menanti hujan benar-benar reda. Anak-anak mereka kini asyik bersenda
gurau.
“Coba kalau kita punya mobil, pasti enak deh,” seru Nyrma.
Sang suami yang usianya sekitar tigapuluhan, tak langsung menjawab.
Dia menatap wajah isterinya. Menghela nafas.
“Kita nabung dulu lah, berat kalau beli cash,” akhirnya sang suami
menjawab.
“Nabung berapa tahun?”
“Paling gak lima tahun, bisa buat ngumpulin uang muka.”
“Makanya nyari obyekan, jangan cuma ngandelin gaji.”
Tak ada lagi dialog setelah kalimat terakhir wanita muda tadi. Sang
pria tampaknya malas menimpali lagi.
Hujan berubah menjadi gerimis. Rintik-rintik. Keluarga tadi
bersiap-siap meneruskan perjalanan. Sang bocah paling kecil tampak
terkantuk-kantuk.
Kuningan, 2 Januari 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar